perencanaan dan pengendalian produksi
PENGANTAR PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
A. Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan salah satu fungsi yang terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Yang dimaksud dengan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan. Pengendalian produksi adalah aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana. Tujuan utamanya adalah memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan produksi dan pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas, penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses planning, dan sebagainya.
B. Tujuan dan Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
1. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah sebagai berikut:
a. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif.
b. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin.
c. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
d. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
2. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi
Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
a. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu.
b. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan.
c. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli.
d. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
e. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.
f. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan.
g. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci.
C. Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Sistem pengendalian dan perencanaan produksi terbagi ke dalam tiga tingkatan:
1. Perencanaan jangka panjang (long range planning)
Perencanaan ini meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial.
1. Perencanaan jangka menengah (medium range planning)
Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan berupa perencanaan kebutuhan kapasitas (capacity reqiurement planning), perencanaan kebutuhan material (material requirement planning), jadwal induk produksi (master production schedule), dan perencanaan kebutuhan distribusi (distribution requirement planning).
1. Perencanaan jangka pendek (short range planning)
Perencanaan jangka pendek berupa kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir (final assembly schedule), perencanaan dan pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi meliputi:
1. Peramalan kuantitas permintaan
2. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
3. Perencanaan persediaan (inventory): jenis, jumlah, dan waktu
4. Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas
5. Penjadwalan produksi dan tenaga kerja
6. Penjaminan kualitas
7. Monitoring aktivitas produksi
8. Pengendalian produksi
9. Pelaporan dan pendataan
D. Pengertian Sistem Manufaktur
Istilah manufaktur banyak digunakan di kalangan industri dan akademis, namun pengertian manufaktur masih rancu hingga saat ini. Pengertian mengenai manufaktur yaitu sebagai berikut :
1. Manufaktur (manufacturing) adalah kumpulan operasi dan aktivitas yang saling berhubungan untuk membuat suatu produk, meliputi : Perancangan produk, pemilihan material, perencanaan proses, perencanaan produksi, produksi, inspeksi, manajemen, dan pemasaran.
2. Produksi (manufacturing production) adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk membuat produk.
3. Proses produksi manufaktur (manufacturing process) adalah aktivitas sistem manufaktur terkecil yang dilakukan untuk membuat produk, yaitu proses permesinan maupun proses pembentukan lainnya.
4. Rekayasa manufaktur (manufacturing engineering) adalah kegiatan perancangan, operasi, dan pengendalian proses manufaktur.
5. Sistem manufaktur (manufacturing system) adalah suatu organisasi yang melaksanakan berbagai kegiatan manufaktur yang saling berhubungan, dengan tujuan menjembatani fungsi produksi dengan fungsi-fungsi lain di luar fungsi produksi, agar dicapai performansi produktivitas total sistem yang optimal, seperti : waktu produksi, ongkos, dan utilitas mesin. Aktivitas sistem manufaktur termasuk perancangan, perencanaan, produksi, dan pengendalian. Fungsi lain di luar sistem manufaktur, yaitu: akuntansi, keuangan, dan personel.
E. Klasifikasi Sistem Manufaktur
Terdapat berbagai klasifikasi sistem manufaktur, antara lain:
1. Tipe produksi
Bertrand, Wortman & Wijngaard (1990) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Make to Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih besar. Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.
b. Assemble to Order (ATO)
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika order suatu produk datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit komponen menjadi produk jadi. Strategi ini digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat dirakit menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai ’moderate risk’ terhadap investasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada modul atau part. Contoh produk: automobile, elektronik, komputer komersil, restoran fast food yang menyediakan beberapa paket makanan, dan lain-lain.
c. Make to Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus pada keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin, komputer untuk riset, dan lain-lain.
d. Engineering to Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada order. Ketika order datang, perusahaan akan mengembangkan desain produk berserta waktu dan biaya yang diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk) persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik. Misalnya: Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru, dan lain-lain. Operasi lebih difokuskan pada spesifikasi order dari konsumen daripada partnya itu sendiri. Penggambaran masing-masing strategi ini dapat dilihat pada gambar 1.1, dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Gambar 1.1. Klasifikasi Sistem Manufaktur Berdasarkan Tipe Produksi
A. Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan salah satu fungsi yang terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Yang dimaksud dengan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan. Pengendalian produksi adalah aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana. Tujuan utamanya adalah memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan produksi dan pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas, penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses planning, dan sebagainya.
B. Tujuan dan Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
1. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah sebagai berikut:
a. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif.
b. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin.
c. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
d. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
2. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi
Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
a. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu.
b. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan.
c. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli.
d. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
e. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.
f. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan.
g. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci.
C. Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Sistem pengendalian dan perencanaan produksi terbagi ke dalam tiga tingkatan:
1. Perencanaan jangka panjang (long range planning)
Perencanaan ini meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial.
1. Perencanaan jangka menengah (medium range planning)
Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan berupa perencanaan kebutuhan kapasitas (capacity reqiurement planning), perencanaan kebutuhan material (material requirement planning), jadwal induk produksi (master production schedule), dan perencanaan kebutuhan distribusi (distribution requirement planning).
1. Perencanaan jangka pendek (short range planning)
Perencanaan jangka pendek berupa kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir (final assembly schedule), perencanaan dan pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi meliputi:
1. Peramalan kuantitas permintaan
2. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
3. Perencanaan persediaan (inventory): jenis, jumlah, dan waktu
4. Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas
5. Penjadwalan produksi dan tenaga kerja
6. Penjaminan kualitas
7. Monitoring aktivitas produksi
8. Pengendalian produksi
9. Pelaporan dan pendataan
D. Pengertian Sistem Manufaktur
Istilah manufaktur banyak digunakan di kalangan industri dan akademis, namun pengertian manufaktur masih rancu hingga saat ini. Pengertian mengenai manufaktur yaitu sebagai berikut :
1. Manufaktur (manufacturing) adalah kumpulan operasi dan aktivitas yang saling berhubungan untuk membuat suatu produk, meliputi : Perancangan produk, pemilihan material, perencanaan proses, perencanaan produksi, produksi, inspeksi, manajemen, dan pemasaran.
2. Produksi (manufacturing production) adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk membuat produk.
3. Proses produksi manufaktur (manufacturing process) adalah aktivitas sistem manufaktur terkecil yang dilakukan untuk membuat produk, yaitu proses permesinan maupun proses pembentukan lainnya.
4. Rekayasa manufaktur (manufacturing engineering) adalah kegiatan perancangan, operasi, dan pengendalian proses manufaktur.
5. Sistem manufaktur (manufacturing system) adalah suatu organisasi yang melaksanakan berbagai kegiatan manufaktur yang saling berhubungan, dengan tujuan menjembatani fungsi produksi dengan fungsi-fungsi lain di luar fungsi produksi, agar dicapai performansi produktivitas total sistem yang optimal, seperti : waktu produksi, ongkos, dan utilitas mesin. Aktivitas sistem manufaktur termasuk perancangan, perencanaan, produksi, dan pengendalian. Fungsi lain di luar sistem manufaktur, yaitu: akuntansi, keuangan, dan personel.
E. Klasifikasi Sistem Manufaktur
Terdapat berbagai klasifikasi sistem manufaktur, antara lain:
1. Tipe produksi
Bertrand, Wortman & Wijngaard (1990) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Make to Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih besar. Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.
b. Assemble to Order (ATO)
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika order suatu produk datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit komponen menjadi produk jadi. Strategi ini digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat dirakit menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai ’moderate risk’ terhadap investasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada modul atau part. Contoh produk: automobile, elektronik, komputer komersil, restoran fast food yang menyediakan beberapa paket makanan, dan lain-lain.
c. Make to Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus pada keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin, komputer untuk riset, dan lain-lain.
d. Engineering to Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada order. Ketika order datang, perusahaan akan mengembangkan desain produk berserta waktu dan biaya yang diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk) persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik. Misalnya: Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru, dan lain-lain. Operasi lebih difokuskan pada spesifikasi order dari konsumen daripada partnya itu sendiri. Penggambaran masing-masing strategi ini dapat dilihat pada gambar 1.1, dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Gambar 1.1. Klasifikasi Sistem Manufaktur Berdasarkan Tipe Produksi
Tabel 1.1.
Karakteristik Berbagai Sistem Manufaktur
Karak teristik | MTS | ATO | MTO | ETO |
Produk | Standard | Keluarga produk tertentu | Tidak punya keluarga produk, customized | Customized total |
Kebutuhan produk | Dapat diramalkan | Tidak dapat dira malkan | ||
Kapasitas | Dapat direncanakan | Tidak dapat diren canakan |
||
Waktu produksi | Tidak penting bagi pelanggan | Penting | Penting | Sangat penting |
Kunci persaingan | Logistik | Perakitan akhir | Fabrikasi, perakitan akhir | Seluruh proses |
Kompleksitas Operasi | Distribusi | Perakitan | Manufaktur komponen | Engi neering |
Ketidakjelasan Operasi | Terendah | Tertinggi | ||
Fokus manajemen puncak | Marketing/ distribusi | Inovasi | Kapasitas | Kontrak order pelanggan |
Fokus manajemen menengah | Kontrol stock | MPS dan order pelanggan | Shop floor control, pelanggan | Mana jemen proyek |
a. Sistem Manufaktur MTO-repetitif
Sistem
manufaktur Make to Order (MTO) adalah sistem manufaktur yang
beroperasi berdasarkan pesanan. Sistem manufaktur ini dibagi lagi
menjadi MTO non-repetitif dan MTO repetitif. Beberapa parameter yang
membedakan kedua sistem MTO ini dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah
ini.
Tabel 1.2. Perbedaan antara Sistem Produksi MTO Repetitif &
Non-Repetitif
MTO Repetitif | MTO Non- Repetitif | |
Karakteristik pesanan |
Pesanan berulang dalam waktu singkat |
Pesanan tidak berulang atau berulang dalam jangka panjang |
Tindakan untuk mengulang setup |
Dilakukan dengan meningkatkan efisiensi setup dan mengatur order yang akan diproses |
Dilakukan dengan meningkatkan efisiensi setup |
Kedua sistem MTO ini umumnya memiliki sistem
produksi job shop, agar bisa mengakomodasikan order
dengan ukuran yang kecil dan spesifikasi setiap order yang
berbeda. Akan tetapi, untuk beberapa sistem manufaktur MTO yang
berperan sebagai sub-kontraktor dapat memiliki sistem produksi flow
shop, karena adanya kesamaan proses dalam sistem order
yang diterima, misalnya sub-kontraktor produk semi konduktor,
perusahaan pembuat tirai alumunium untuk jendela rumah dengan berbagai
ukurannya, dan pabrik pengolahan karet alami.
Sistem
produksi flow shop umumnya merupakan sistem produksi untuk
sistem manufaktur make to stock (MTS) yang cenderung untuk
memproduksi produk-produk dalam jumlah besar dan variasi yang sedikit.
Pada sistem manufaktur MTS, peningkatan performansi stasiun kerja
dilakukan dengan memeperbaiki cara kerja yang dilakukan di setiap
stasiun. Sistem manufaktur MTO dapat juga memiliki sistem produksi flow
shop, tetapi peningkatan performansi stasiun kerja tidak hanya
dilakukan dengan memperbaiki cara kerja melainkan juga dengan mengatur
urutan order-order yang akan diproses.
Parameter-parameter lain yang membedakan sistem MTO repetitif dengan
sistem MTS dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Perbedaan antara Sistem Manufaktur MTO Repetitif
Flow Shop dan Make to Stock Flow Shop
MTO
Repetitif
Flow Shop
|
MTS
Flow Shop
| |
Respons terhadap fluktuasi demand |
Memperkecil waktu penyelesaian | Mencari jumlah inventori yang sesuai |
Persediaan produk jadi | Tidak ada (siklus pemesanan besar) |
ada |
Saat mulai proses produksi | Jika ada pesanan | Sesuai hasil peramalan |
Jumlah yang diproduksi |
Tergantungjumlahpesanan | Sesuai hasil perencanaan produksi |
Perencenaan produksi | Perencanaankapasitas |
Perencanaan jumlah yang diproduksi |
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa
sistem produksi untuk sistem manufaktur MTO dapat berupa job shop
maupun flow shop yang ditentukan oleh karakteristik urutan
pengertian setiap order. Sistem MTO repetitif memiliki sistem
produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya tidak
mengikuti suatu aliran urutan pengerjaan tertentu, sedangkan sistem
produksi flow shop diterapkan jika urutan pengerjaan setiap order
mengikuti urutan pengerjaan tertentu. Sistem MTO repetitif job
shop dengan urutan pengerjaan yang tidak mengikuti aliran tertentu
mempunyai variasi urutan pengerjaan yang lebih tinggi dibandingkan MTO
repetitif flow shop, sehingga perkiraan saat order
akan diproses di stasiun kerja tertentu untuk MTO repetitif job
shop akan relatif lebih komplek dibandingkan dengan MTO repetitif flow
shop.
- Volume produksi
Bedworth
& Bailey, 1987 mengklasifikasikan sistem manufaktur menjadi 3
kategori, yaitu:
a. Produksi massa
Laju serta
tingkat produksi pada produksi massa umumnya tinggi, permintaan
terhadap produk yang dihasilkan tinggi, dan peralatan umumnya mempunyai
fungsi khusus. Keahlian tenaga kerja tidak terlalu tinggi sebagai
akibat dari fungsi peralatan yang khusus.
b. Produksi batch
Ukuran
lot produksi adalah medium. Tujuan dilakukannya produksi batch adalah
untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk-produk yang
diperlukan secara kontinu. Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum
tetapi dirancang untuk tingkat produksi yang tinggi.
c.
Produksi job shop
Tingkat produksi rendah, peralatan mempunyai
fungsi umum, keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi,
biasanya membuat berdasarkan pesanan.
- Aliran produksi
Fogarty
et al. (1991) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan aliran
proses menjadi 3 tipe disain manufaktur tradisional, yaitu:
a. Fixed
Site (Project)
Pada tipe project, material, tools, dan
personel dialokasikan pada produk yang dibuat. Secara ekstrim dikatakan
bahwa tidak ada aliran produk pada tipe ini, tetapi masih terdapat
urutan operasi. Bentuk operasi pada project digunakan ketika terdapat
kebutuhan khusus/spesial yang memerlukan kreativitas dan keunikan. Hal
ini sulit diotomasikan pada proses manufaktur, karena hanya dilakukan
satu kali. Project memerlukan biaya tinggi dengan perencanaan dan
pengendalian yang sulit, sebab berat pada tahap definisi initial dengan
tingkat perubahan-perubahan dan inovasi yang tinggi.
b. Job
Shop (Jumbled Flow)
Pada proses job shop, man dan
machine dikelompokkan menjadi stasiun kerja (semua bor pada satu
stasiun kerja, gerinda, dan sebagainya). Aliran produk dan job hanya
pada stasiun kerja yang dibutuhkan. Keuntungannya, dengan mesin yang
berfungsi umum (general-purpose equipment) dan operator
berketerampilan tinggi membuat proses manufaktur job shop fleksibel
dalam merespon perubahan disain dan volume pesanan konsumen.
Kerugiannya, tidak efisien.
Gambar 1.2. Proses Job Shop (Oden, HW, 1993)
c. Flow
Shop, meliputi: small batch line flow, large batch
(repetitive) line flow, dan continuous line flow.
Flow
Shop disusun dari stasiun kerja dalam urutan operasi untuk membuat
produk. Semua produk mengikuti standar produk yang ditentukan. Lintas
rakitan automobile merupakan contoh bagus untuk proses flow shop.
Gambar
1.3. Proses Flow Shop (Oden, HW, 1993)
3 tipe flow shop adalah:
1) Small-Batch
Line Flow, mempunyai semua karakter flow shop, tetapi
tidak semua memproses produk yang sama secara terus menerus. Memproses
beberapa produk dengan ukuran batch kecil, dengan kebutuhan setup per
batch. Digunakan ketika biaya proses bisa dipertimbangkan, permintaan
part rendah, dan non-diskrit. Contohnya adalah farmasi.
2) Large-Batch
(Repetitive) Line Flow, memproduksi produk diskrit
dalam volume besar tetapi tidak kontinu.
3) Continuous Line
Flow merefer pada proses kontinu dari fluida, bedak, logam, dan
lain-lain. Biasa digunakan pada industri gula, minyak, dan logam
lainnya.
Tabel 1.4. Karakteristik Proses
Job Shop | Batch Flow | Small- Batch Line Flow | Large- Batch (Repe titive) | Conti nuous | |
Kelebihan | Kualitas tinggi | Kualitas tinggi | Kualitas tinggi | Biaya bersaing | Biaya rendah |
Variasi | Fleksi bilitas tinggi | Fleksi bilitas sedang |
Fleksibilitas sedang | Fleksi bilitas rendah | Standard |
Implikasi | Biaya tinggi | Biaya tinggi | Biaya sedang | Otomasi | Otomasi |
Perme sinan | Berfungsi umum | Berfungsi umum | Berfungsi umum | Berfungsi khusus | Berfungsi khusus |
Strategi | Make to Order | Assemble to Order | Assemble to Order |
Make to Stock | Make to Stock |
Sumber:
Fogarty, 1991
- Tata letak (lay out)
Groover,
(1987) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan tata letak
menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Fixed position layout
Fixed
position layout disebut juga layout dengan posisi tetap. Artinya
pengaturan fasilitas produksi dalam membuat produk, dengan meletakkan
produk yang dibuat tetap atau tidak dipindah-pindah. Mesin, karyawan,
dan fasilitas produksi lain yang berpindah mengelilingi produk yang
dikerjakan sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pembuatan produk pesawat
terbang, kapal laut, dan lain-lain. Fixed position layout
dapat dilihat pada gambar 1.4a.
b. Process layout
Process
layout disebut juga layout fungsional. Artinya pengaturan letak
fasilitas produksi di dalam pabrik didasarkan atas fungsi bekerjanya
setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada. Mesin atau fasilitas
yang memiliki fungsi yang sama dikelompokkan dan diletakkan pada tempat
yang sama. Layout ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang
beragam. Dalam layout ini arus barang selalu berubah, tergantung pada
kebutuhan mesin yang digunakan untuk membuat suatu produk. Contoh:
berbagai produk dan besi. Process layout dapat dilihat pada
gambar 1.4b.
c. Product flow layout
Product
flow layout disebut juga layout garis. Artinya pengaturan letak
mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik didasarkan atas
urut-urutan proses produksi dalam membuat suatu produk. Produk yang
dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus produk yang dikerjakan juga
selalu sama, seolah-olah menyerupai garis, meskipun tidak selalu
berupa garis lurus. Product flow layout dapat dilihat pada
gambar 1.4c.
Gambar 1.4. Tipe-tipe tata letak pabrik
(Groover, 1987)
(a) fixed position layout, (b) Process layout
(c) Product flow layout
F. Strategi
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan
(planning) merupakan tahap awal dalam manajemen, yaitu
menentukan tujuan terukur dan memutuskan cara pencapaiannya. Sehingga
planning merupakan awal dari pelaksanaan dan pengendalian. Tanpa
perencanaan, maka tidak akan ada dasar pelaksanaan dan evaluasi
pencapaian hasil. Pelaksanaan (execution) adalah pelaksanaan
dari rencana dan pengendalian merupakan proses membandingkan antara
hasil aktual dengan hasil yang diharapkan dan memutuskan langkah
berikutnya. Planning, execution, dan control
merupakan proses iteratif yang seharusnya dilakukan secara terus
menerus.
Hirarki perencanaan meliputi:
1. Issues perencanaan
strategis
a. Perencanaan produk yang akan dibuat
b.
Perancangan sistem manufaktur
2. Issues perencanaan taktis
a.
Perincian rencana strategis
b. Disagregasi rencana agregat
c.
Penentuan planned order releases
3. Issues
perencanaan pelaksanaan
a. Dispaching planned order
releases
b. Day-by-day basis
c. Minimizing
manufacturing lead time and work in process
Gambar
1.5. Hirarki Perencanaan dalam Perencanaan & Pengendalian Produksi.
Middle
management berperan sebagai decoupler
Gambar
1.6. Fungsi Middle management sebagai decoupler
G.
Proses Manufaktur Baru
Sekarang
telah berkembang disain proses manufaktur baru, yaitu:
- Flexible Manufacturing System (FMS)
Flexible Manufacturing
System (FMS) adalah disain proses manufaktur yang bersifat
fleksibel dan dikontrol dengan menggunakan komputer. Minimal ada 3
komputer yang harus ada dalam Flexible Manufacturing System
(FMS).
a. Adanya rangkaian proses produksi yang terdiri atas
beberapa macam pusat kerja dan diatur dengan menggunakan komputer.
Biasanya dengan CNC Machines.
b. Pengangkutan barang
dilakukan secara otomatis, biasanya dengan AGV atau Automated
Guided Vehicles.
c. Bongkar muat dan pengambilan barang
dilakukan secara otomatis, biasanya dengan AS/AR atau Automated
Storage and Retreival System.
- Agile Manufacturing System (AMS)
AMS merupakan perusahaan yang akan
mencapai keuntungan yang dicapai FMS tetapi tanpa otomasi intensif. AMS
lebih merupakan sebuah filosofis dibanding sekumpulan hardware.
Dalam satu industri, AMS biasa akan menggunakan JIT (Just in Time),
pada shop floor pada saat eksekusi, sebab teknologinya dapat dipakai
dengan biaya yang efektif (cost efective). Secara umum, AMS
merupakan sistem manufaktur yang mempunyai kapabilitas yang lengkap
dalam merespon permintaan konsumen.
Sistem Manufaktur Masa Depan (SMMD) dapat
dilihat pada gambar 1.7.
Gambar 1.7. Sistem Manufaktur Masa Depan
Beberapa
bagian dalam sistem manufaktur masa depan antara lain:
1.
EDI (Electronic Data Interchane) adalah sistem informasi
dengan menggunakan komputer yang dihubungkan dengan telepon atau alat
komunikasi yang lain.
2. CAD (Computer Aided Design)
adalah pembuatan disain produk dengan menggunakan bantuan komputer.
Dengan bantuan komputer dapat dibuat gambar disain dengan mudah serta
perhitungan penggunaan bahan, daya tahan produk, dan informasi lain
yang berhubungan dengan desain produk yang dibuat.
3.
CAM (Computer Aided Manufacturing) adalah penggunaan komputer
untuk merencanakan, mengatur, dan mengontrol kerja mesin, alat-alat,
dan arus produk dalam proses produksi.
4. CAPP (Computer Aided
Process Planning) adalah penggunaan komputer untuk proses
perencanaan yang berhubungan dengan pembuatan suatu produk.
5.
CAI (Computer Aided Inspection) adalah penggunaan komputer
untuk melakukan pemeriksaan produk jadi sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
H. Rangkuman
1.
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan perencanaan
kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat
terlaksana dengan baik.
2. Tujuan utama perencanaan dan
pengendalian produksi adalah memaksimumkan pelayanan bagi konsumen,
meminimumkan investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas,
pengesahan produksi dan pengesahan pengendalian produksi, persediaan
dan kapasitas, penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing
dan proses planning.
3. Sistem pengendalian dan perencanaan
produksi dalam sistem manufaktur terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu
perencanaan jangka panjang (long range planning), perencanaan
jangka menengah (medium range planning), dan perencanaan
jangka pendek (short range planning).
4.
Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi oleh bentuk tipe produksinya, yaitu Make to Stock
(persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak), Make
to Order (mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain
produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah
dibuat sebelumnya), Assemble to Order (semua subassembly masuk
pada persediaan), dan Engineering to Order (tidak ada
persediaan, produk belum dibuat sebelum ada order).
5.
Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi pula oleh jenis volume produksi (produksi massa, produksi
batch, produksi job shop), aliran produksi (fixed Site/project)
,job shop /jumbled flow, flow shop),
dan tata letak (fixed position layout, process layout,
product flow layout).
6. Disain proses
manufaktur baru, yaitu Flexible Manufacturing System (FMS) dan
Agile Manufacturing System (AMS) merupakan sistem manufaktur
yang berkembang guna merespon permintaan konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar